Samarinda, Cakrawalakaltim.com – Kementerian Kesehatan Indonesia telah meluncurkan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting pada anak.
PMT merupakan program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak yang mengalami kekurangan gizi dan memenuhi kebutuhan zat gizi agar anak mencapai status gizi yang baik sesuai dengan usianya.
Di Samarinda, program ini telah diimplementasikan dengan mengutamakan penggunaan bahan pangan lokal. dr. Rudy Agus Riyanto, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Samarinda, menjelaskan bahwa PMT lokal bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar orang tua balita dan ibu hamil mengetahui jenis makanan tambahan yang baik dikonsumsi.
“Makanan tambahan ini membutuhkan anggaran yang tidak besar, agar bisa ditiru dan dijangkau oleh masyarakat,” kata dr. Rudy Agus Riyanto, menyoroti keberlangsungan program ini yang memperhatikan aspek anggaran dan aksesibilitasnya.
Program PMT lokal tidak hanya dilaksanakan di Samarinda, tetapi juga di seluruh Indonesia. Di Samarinda, program ini telah menjangkau seluruh kelurahan sejak 1 Mei lalu dengan target pelaksanaan selama 120 hari.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi balita dan ibu hamil di wilayah tersebut.
“Jadi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan bahan pangan lokal, bahan pangan yang digunakan berasal dari daerah kita, karena PMT lokal ini tujuannya adalah edukasi untuk menciptakan perubahan perilaku di masyarakat agar orang tua balita dan ibu hamil tahu makanan tambahan seperti apa yang baik dikonsumsi oleh balita dan ibu hamil,” bebernya saat diwawancarai pada Sabtu (4/5/24).
dr. Rudy Agus Riyanto menjelaskan bahwa program PMT lokal memiliki empat sasaran utama, yaitu ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yang diberikan makanan tambahan selama 120 hari, balita gizi kurang (wasting) selama 56 hari, balita berat badan kurang (underweight) selama 28 hari, dan balita yang berat badannya tidak naik sesuai standar yang diberikan makanan tambahan selama 14 hari.
“Jadi ada empat sasarannya, ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) diberikan makanan tambahan selama 120 hari, balita gizi kurang (wasting) diberikan makanan tambahan selama 56 hari, balita berat badan kurang (underweight) diberikan makanan tambahan selama 28 hari, dan balita berat badan tidak naik sesuai standar diberikan makanan tambahan selama 14 hari,” jelasnya.
Dengan melibatkan bahan pangan lokal, program ini diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam menangani masalah stunting pada anak.
Melalui edukasi dan aksesibilitas yang baik, diharapkan orang tua dan masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya gizi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak Indonesia. (AD)