SAMARINDA, Cakrawalakaltim.com – Pemerintah Kota Samarinda menggelar konferensi pers di Balai Kota pada Kamis (30/1/2025) untuk membahas langkah-langkah penanganan banjir yang melanda kota sejak 26 Januari lalu. Wali Kota Samarinda, Andi Harun, bersama instansi terkait, menegaskan bahwa upaya pengendalian banjir akan terus berlanjut secara berkesinambungan.

“Kami menyampaikan rasa prihatin dan permohonan maaf kepada seluruh warga, khususnya yang terdampak banjir. Program penanggulangan banjir masih berjalan dan membutuhkan waktu untuk mencapai hasil yang optimal,” ujar Andi Harun.

Dalam rapat teknis yang digelar sebelumnya, pemerintah kota bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kaltim, Dinas PUPR Provinsi dan Kota, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda. Salah satu poin utama yang dibahas adalah evaluasi terhadap dampak banjir serta langkah-langkah strategis yang harus dilakukan.

Menurut data yang dipaparkan, luas genangan banjir di Samarinda mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Pada 2022, area terdampak mencapai 482 hektare, sedangkan awal tahun ini turun menjadi 314 hektare. Ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian banjir yang kita lakukan mulai memberikan hasil,” tambahnya.

Namun, beberapa wilayah seperti Bengkuring, Griya Mukti, dan Loa Bakung masih mengalami genangan yang cukup lama. Andi Harun menjelaskan bahwa faktor utama penyebabnya adalah limpasan air dari Sungai Karang Mumus serta beberapa titik hambatan yang memperlambat aliran air ke Sungai Mahakam.

Pemerintah Kota Samarinda berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya pengendalian banjir dengan berbagai langkah, termasuk pembangunan tanggul di sektor Karang Mumus, pengerukan sedimentasi sungai, serta penegakan hukum terhadap pembukaan lahan yang tidak sesuai aturan.

“Penanggulangan banjir ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan waktu yang tidak singkat. Kami meminta masyarakat untuk tetap bersabar, karena pemerintah terus berupaya mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan ini secara bertahap,” tutup Andi Harun.

Di sisi lain, Yusyandi dari BWS Kaltim menekankan bahwa curah hujan ekstrem menjadi pemicu utama banjir kali ini.

“Pada 26 Januari, curah hujan mencapai 140 mm di Pampang dan sekitarnya, menyebabkan kenaikan permukaan air di Bendungan Lempake hingga 8,15 meter. Akibatnya, debit air yang mengalir ke Sungai Karang Mumus meningkat drastis,” ungkapnya.

Selain curah hujan tinggi, perubahan tata guna lahan juga menjadi penyebab utama banjir di beberapa titik. Pembukaan lahan besar di segmen Sungai Loa Bakung dan Sungai Padat Karya meningkatkan debit air secara signifikan, tanpa diimbangi pembangunan kolam retensi. Hal ini membuat air hujan cepat menggenangi pemukiman dan jalan raya.

Di kawasan Juanda, penyebab utama banjir adalah penyempitan drainase akibat pertumbuhan pemukiman yang tidak terencana.

“Banyaknya pembangunan di sekitar ruas flyover menyebabkan kapasitas drainase menurun, sehingga air sulit mengalir dengan lancar,” pungkasnya.(DV/MYG)

Loading

By redaksi