Samarinda, Cakrawalakaltim.com — Dalam suasana yang penuh keprihatinan dan kepedulian, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) FISIP Universitas Mulawarman menggelar aksi solidaritas bertajuk “Kobaran Cipta Sungkawa” pada Kamis (24/4/25). Aksi ini menjadi wujud nyata keresahan mahasiswa atas deretan tragedi kemanusiaan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang masih terus terjadi, baik di tingkat regional, nasional, hingga internasional.
Berlangsung di pelataran Teras Samarinda tepatnya di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur, aksi ini diinisiasi oleh MPM bersama seluruh organisasi kemahasiswaan di FISIP sebagai bentuk perlawanan moral terhadap ketidakadilan yang mengoyak rasa kemanusiaan. Rangkaian kegiatan meliputi orasi, pembacaan puisi reflektif, doa bersama, serta penyalaan lilin sebagai simbol duka mendalam.
Dalam wawancaranya, M. Jamil Nur, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP UNMUL, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar simbolik, melainkan bentuk sikap politik mahasiswa atas kondisi kemanusiaan yang kian memburuk.

“Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dari seluruh MPM FISIP Unmul terhadap berbagai peristiwa kemanusiaan yang terjadi, mulai dari tingkat regional di Kalimantan, nasional, hingga tragedi kemanusiaan di Gaza,” ujar Jamil.
Aksi ini menyoroti berbagai isu penting, mulai dari pembunuhan Jurnalis Juwita, pengeroyokan terhadap Fahrul Abdillah, penggusuran paksa masyarakat Bara-Baraya, konflik agraria di Sukahaji, hingga kekerasan terhadap warga Desa Iwul di Parung Bogor. Juga disuarakan solidaritas untuk masyarakat Merauke, warga Muara Kate dan Batu Kajang, serta para korban kekerasan dan pembunuhan seperti Pandu Brata Siregar, Afif Maulana, dan Gamma Riskynata. Tak lupa pula isu PHK massal, kekerasan terhadap perempuan, hingga pembantaian warga sipil di Gaza menjadi sorotan utama.
Menurut Jamil, aksi ini memiliki tujuan besar untuk menggugah kesadaran kolektif.
“Tujuan dari aksi Kobaran Cipta Sungkawa ini adalah untuk menggugah kesadaran mahasiswa dan masyarakat bahwa kondisi Indonesia serta dunia sedang tidak baik-baik saja. Melalui doa bersama dan pernyataan sikap, kami menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh korban dan keluarga korban,” lanjutnya.
“Kami juga mendesak agar seluruh pelanggaran HAM yang terjadi segera diselesaikan secara adil dan transparan,” tegasnya.
Para mahasiswa kembali menyerukan pesan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tak boleh dikorbankan. Mereka menegaskan bahwa suara mahasiswa akan terus hadir sebagai penyeimbang dan pengingat bahwa keadilan bukan sekadar wacana.
Melalui aksi ini, MPM FISIP UNMUL menekankan bahwa mahasiswa adalah bagian penting dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan. Aksi ditutup dengan doa bersama dalam suasana hening, menyisakan kobaran harapan di tengah duka.
Dari FISIP untuk Indonesia — dari kesadaran nurani untuk kemanusiaan. (ad)