SAMARINDA, Cakrawalakaltim.com – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menekankan bahwa upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak harus dimulai dari akar: edukasi masyarakat. Ia menilai, membangun kesadaran publik merupakan langkah awal untuk memutus siklus kekerasan yang terus berulang di tengah masyarakat.
Hal ini disampaikannya menyusul tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Samarinda. Berdasarkan data Simfoni PPA tahun 2024, tercatat 103 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 175 kasus terhadap anak—angka tertinggi di Kalimantan Timur.
“Edukasi itu paling penting. Jangan sampai sistem sudah bagus, aparat sudah siap, tapi masyarakatnya belum paham. Itu bisa jadi bahaya tersendiri,” ujar Puji, Rabu (7/5/2025).
Ia menegaskan bahwa pencegahan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat adalah kunci utama, yang hanya bisa dicapai melalui pendekatan edukatif secara masif dan berkelanjutan.
“Peran serta masyarakat itu penting. Tidak bisa hanya top-down. Harus komprehensif dan menyentuh semua lapisan,”tambahnya.
Puji mendorong Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2PA) Samarinda untuk memperluas jangkauan edukasi, baik melalui sekolah, lingkungan keluarga, komunitas, maupun media digital. Ia juga mendorong penguatan regulasi dan infrastruktur pendukung agar program tidak hanya berjalan, tetapi juga berdampak nyata.
“DP2PA harus menyiapkan regulasi yang kuat dan sarana yang memadai. Supaya pesan-pesan pencegahan bisa sampai dan dipahami masyarakat,” tutupnya.(ADV*)
![]()
