SAMARINDA, Cakrawakaltim.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Samarinda dijalankan melalui skema pembiayaan bersama antara Badan Gizi Nasional (BGN), mitra penyedia, serta dukungan Pemerintah Kota (Pemkot). Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Suwarso, saat meninjau dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda Ulu, Rabu (27/8/2025).
Suwarso menjelaskan, biaya penyediaan makanan siswa ditetapkan Rp15 ribu per porsi, dengan Rp2 ribu digunakan untuk sewa peralatan dapur yang disiapkan mitra.
“Semua fasilitas awal seperti dapur, peralatan, kendaraan operasional, hingga relawan, disiapkan mitra. Pemerintah tidak mengganti pembangunan, tetapi membayar biaya sewanya,” jelasnya.
Dengan kapasitas 2.330 porsi per hari, biaya sewa yang dibayarkan dalam dua minggu mencapai sekitar Rp45 juta.
“Skema ini memungkinkan program berjalan cepat tanpa menunggu pembangunan fasilitas baru,” ujarnya.
Selain itu, mitra juga menanggung gaji relawan dan biaya operasional dapur. Sedangkan pembayaran biaya per porsi ditangani BGN yang disalurkan melalui mitra.
“Intinya, mitra dulu yang jalan. Pembayaran dilakukan setelah diverifikasi,” tambahnya.
Pemkot Samarinda bertugas melakukan pembinaan, pengawasan, serta menyediakan lahan baru untuk dapur permanen. Proses ini turut diawasi Kejaksaan Negeri, TNI, dan Polri.
“Kita ingin dana yang keluar benar-benar tepat sasaran untuk kebutuhan gizi anak,” tegasnya.
Mitra penyedia makanan juga diwajibkan menyusun variasi menu harian agar siswa tidak bosan, serta melakukan penyesuaian untuk anak dengan alergi makanan tertentu.
“Kalau ada anak alergi makanan tertentu, menunya diganti agar tetap aman,” katanya.
Program MBG saat ini sudah berjalan di empat sekolah dan ditargetkan bertambah seiring pembangunan dapur baru. Pemkot menargetkan 60 titik SPBG yang sedang diverifikasi BGN dapat segera direalisasikan.
“Kalau semua titik berjalan, ribuan anak Samarinda akan mendapat makan bergizi gratis setiap hari,” ujarnya.
Menurut Suwarso, program ini diharapkan tidak hanya meringankan beban orang tua, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan siswa.
“Investasi pada gizi anak akan berdampak besar bagi kualitas sumber daya manusia di masa depan,” pungkasnya.(MYG)