Balikpapan, Cakrawalakaltim com – sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, menjadi sorotan dalam upaya pengembangan potensi wisata.
Mentawir merupakan kelurahan yang digadang-gadang akan menjadi salah satu desa wisata penyangga Ibu Kota Nusantara.
Dengan jarak tempuh sekitar 2 jam melalui jalur darat atau 1 jam melalui jalur air dari kota Balikpapan, Mentawir memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata yang menarik.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mentawir, Lamale, mengungkapkan bahwa upaya pembangunan di Mentawir telah mendapat dukungan dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inhutani. “Kami berhasil membangun jembatan sepanjang 900 meter berkat bantuan CSR PT. Inhutani,” ungkap Lamale dengan bangga saat diwawancarai pada Sabtu (11/5/24).
Tak hanya itu, pada tahun 2019, Mentawir mendapatkan pengakuan resmi dan mendapatkan Surat Keputusan (SK) Bupati penetapan kelurahan Mentawir dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), hal ini merupakan bentuk dukungan lebih lanjut untuk pengembangan potensi pariwisata di daerah tersebut.
Namun demikian, Lamale juga menyampaikan bahwa meskipun Mentawir telah diakui sebagai Desa Wisata, masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. “Namanya saja desa wisata tapi belum layak dikatakan wisata, karena kami belum bisa mengajukan perbaikan ke pemerintah daerah dan pusat karena ini konservasi dari CSR PT. Inhutani, kami hanya menunggu dana dari CSR,” jelasnya.
Perubahan kondisi ekonomi dan pariwisata di sekitar Mentawir juga menjadi perhatian serius.
Dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN), Mentawir merasa tertinggal dibandingkan dengan destinasi Titik Nol. “Orang-orang lebih banyak ke Titik Nol daripada Mentawir,” kata Lamale.
“Semenjak COVID-19 hingga saat ini, jarang sekali wisatawan yang datang ke sini,” tambahnya.
Bukan hanya itu, problem lainnya seperti akses jaringan dan air bersih cukup sulit dijangkau oleh warga Mentawir.
“Di sini masih terbatas untuk jangkauan jaringan, begitu juga dengan air, kami mengambil langsung dari sungai tanpa alat filterisasi,” ungkap Lamale.
Namun, Lamale tidak patah semangat. Dia memiliki visi jangka panjang untuk menjadikan Mentawir sebagai destinasi wisata edukasi yang berfokus pada konservasi mangrove. “Saya ingin menjadikan Mentawir ini wisata edukasi dengan mempelajari mangrove. Tahun lalu saya tanam 6.000 pohon, tahun ini 1.500 pohon,” ujarnya.
Selain pembangunan infrastruktur, Ririn Sari Dewi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam upaya meningkatkan potensi wisata di Mentawir. “Sebaiknya selain fokus pada infrastruktur, Pokdarwis juga memfokuskan pada pengembangan sumber daya manusia, terutama dalam hal pelatihan SDM. Jadi pengembangan SDM dulu baru infrastruktur,” ungkapnya.
Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat lokal, Mentawir memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di Kalimantan Timur. (AD)