SAMARINDA, Cakrawalakaltim.com – Ketua Umum Persekutuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT), Dr. Syaharie Jaang, SH, MH, MSi, mengecam keras insiden penyerangan brutal terhadap warga yang tengah menjaga posko penolakan aktivitas hauling batu bara di Dusun Muara Kate, Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser.
Peristiwa tragis yang terjadi pada Jumat (15/11) dini hari tersebut mengakibatkan satu korban jiwa dan satu orang lainnya mengalami luka kritis.
Syaharie Jaang menegaskan bahwa tindakan keji tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan tidak dapat ditoleransi.
Ia menyampaikan rasa duka mendalam kepada keluarga korban sekaligus mengecam segala bentuk intimidasi dan kekerasan terhadap warga yang berjuang untuk melindungi lingkungan mereka.
“Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kami mendesak Kapolres Paser, AKBP Novy Adi Wibowo, untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan ini dan memastikan para pelaku segera ditangkap dan diadili sesuai hukum yang berlaku,” ujar Syaharie Jaang dalam keterangannya, Sabtu (16/11).
Desak Kapolri
Tidak hanya meminta pengusutan di tingkat lokal, Syaharie Jaang juga mendesak Kapolri untuk turun tangan langsung dalam mengungkap dalang di balik serangan ini. Menurutnya, kejadian ini berpotensi memicu konflik horizontal di tengah masyarakat, sehingga penanganan yang cepat dan transparan sangat diperlukan.
“Kami meminta Kapolri untuk segera mengungkap para pelaku dan menangkap mereka. Jangan sampai kasus ini memicu konflik yang lebih besar di antara masyarakat,” tegas Syaharie Jaang walikota Samarinda periode 2010-2015 dan 2016-2021.
Aksi penolakan hauling batu bara oleh warga Kecamatan Muara Komam dan Kecamatan Batu Kajang telah berlangsung lama akibat dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat.
Aktivitas hauling batu bara yang melintasi jalan umum dari Kalimantan Selatan menuju Kalimantan Timur ini dituding sebagai penyebab kerusakan infrastruktur jalan, serta kecelakaan yang merenggut nyawa warga.
Salah satu insiden tragis yang menjadi pemicu kemarahan warga adalah kecelakaan truk hauling yang mengakibatkan seorang pendeta tewas di Muara Kate.
Untuk menekan aktivitas tersebut, warga setempat mendirikan posko penolakan sebagai bentuk perlindungan terhadap lingkungan dan keselamatan mereka. Namun, keberadaan posko ini justru sering kali mendapatkan intimidasi hingga berujung pada aksi kekerasan.
“Posko ini adalah upaya warga untuk melindungi lingkungan mereka dari dampak negatif hauling batu bara, namun mereka justru harus menghadapi ancaman dan kekerasan. Ini sangat tidak manusiawi,” tambah Syaharie Jaang yang juga berprofesi sebagai Advokat.
Syaharie Jaang menekankan pentingnya perlindungan bagi warga yang memperjuangkan hak-haknya.
Ia juga meminta pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat yang terlibat dalam aksi penolakan hauling batu bara ini.
“Kami berharap aparat keamanan tidak hanya fokus pada penangkapan pelaku, tetapi juga melindungi warga yang berjuang demi lingkungan mereka. Pemerintah harus hadir melindungi rakyatnya,” tutupnya.
Syaharie Jaang juga mengingatkan pula supaya semua pihak bisa menahan diri, percaya kan aparat penegak hukum
Peristiwa penyerangan di Muara Kate ini menjadi sorotan publik, terutama dalam konteks perjuangan masyarakat lokal yang berhadapan dengan kepentingan industri besar. Kasus ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi penegakan hukum yang lebih adil dan transparan di Kalimantan Timur.(*)