SAMARINDA, Cakrawalakaltim.com – Persoalan anak jalanan dan pengemis yang kian marak di Kota Samarinda mencerminkan lebih dari sekadar gangguan ketertiban umum. Ketua Komisi I DPRD Samarinda, Samri Shaputra, menyebut situasi ini sebagai bentuk kegagalan kebijakan lintas sektor yang selama ini hanya bersifat reaktif.
“Kalau anak-anak terus berada di jalanan tanpa perlindungan, itu bukan sekadar urusan Satpol PP. Ini cerminan bahwa sistem sosial kita sedang tidak bekerja,” ujar Samri.
Ia mengkritik pendekatan pemerintah kota yang masih berorientasi pada penertiban, bukan penyelesaian akar masalah. Menurutnya, tanpa dukungan fasilitas penampungan, pendampingan sosial, dan alokasi anggaran memadai, penanganan akan terus bersifat temporer dan tidak menyentuh perubahan struktural.
Samri menyoroti ketiadaan rumah singgah, minimnya anggaran konsumsi pascapenertiban, serta kurangnya personel khusus yang menangani anak jalanan sebagai indikator lemahnya komitmen pemerintah terhadap perlindungan kelompok rentan.
“Ini bukan soal ketertiban saja, tapi soal hak hidup yang layak. Kalau negara tidak bisa hadir untuk anak-anak yang hidup di jalan, lalu siapa lagi yang bisa?” tegasnya.
Lebih jauh, DPRD mendorong Pemerintah Kota Samarinda untuk menyusun peta jalan perlindungan sosial yang menyeluruh, tidak hanya berbasis intervensi dinas sosial, tetapi juga melibatkan Dinas Pendidikan, Kesehatan, hingga lembaga swadaya masyarakat. Menurut Samri, selama ini pendekatan sektoral membuat solusi menjadi terpecah dan tidak berdampak jangka panjang.
Sebagai langkah sementara, pihaknya tetap meminta Satpol PP meningkatkan pemantauan di kawasan rawan, namun ia menegaskan bahwa tindakan semata tanpa sistem dukungan justru berisiko melanggengkan siklus jalanan bagi anak-anak dan pengemis.
“Pelarangan memberi uang di lampu merah itu baik, tapi itu baru setetes di lautan. Kita butuh sistem, bukan hanya seruan,” pungkasnya.
DPRD Samarinda menilai sudah saatnya kota ini menghadirkan kebijakan sosial yang berpihak dan berkelanjutan. Karena masalah anak jalanan bukan hanya tentang kehadiran mereka di ruang publik, tapi tentang absennya negara di ruang privat mereka.(ADV*)