SAMARINDA, Cakrawalakaltim.com – Setelah menginisiasi aksi pembersihan sampah di Sungai Karang Mumus (SKM) yang perdana dilakukan 28 Mei lalu, kembali aksi serupa dilaksanakan di segmen Jembatan 1 sampai Jembatan Baru (Gatsu). Kali ini, Wali Kota Samarinda Dr Andi Harun ikut terjun langsung memungut bersama aktivis lingkungan, nelayan, TNI-Polri, jajaran Pemerintah Kota Samarinda dibawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dengan menggunakan armada 50 kapal/ketinting, Minggu (23/7/2023).
“Kita akan laksanakan minimal sekali dalam sebulan. Nanti dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) yang akan menganggarkan di APBD Perubahan. Argumentasinya, bahwa Sungai Karang Mumus ini vital bagi kepentingan warga Samarinda. Baik dari sisi daya tahan ekologis kita, maupun dari sisi daya dukung untuk kegiatan pembangunan. Misalnya yang pertama untuk pengendalian banjir, kedua, pentingnya memelihara sungai secara kolaboratif bersama dengan seluruh elemen masyarakat. Menjadikan titik nadi utama SKM menjadi terjaga, karena disamping sebagai daya dukung pembangunan tadi, jika kita mampu berhasil mempertahankan daya tahan ekologisnya, maka itu sekaligus kita memelihara sumber ekonomi masyarakat,” ucap Andi Harun dalam kegiatan yang terpusat di pangkalan GMSS SKH Jalan Abdul Muthalib.
Andi Harun mengatakan setelah melakukan penelusuran memang masih banyak sampah yang terlihat menggenang di bantaran SKM tersebut. Termasuk sampah kiriman dari bantaran SKM bagian hulu, yang kemudian larut sampai ke hilir dan bermuara ke Sungai Mahakam.
Namun dirinya mengemukakan khusus untuk SKM di bagian belakang Universitas Mulawarman sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Sedangkan untuk SKM bagian hilir nantinya yang akan diusulkan pembangunan penurapan.
“Untuk penanganan sampah, sebenarnya sudah saya usulkan untuk pembangunan pintu air. Tapi anggaran kita terbatas, kemungkinan tahun 2025 baru bisa diusulkan,” tegasnya.
Sehingga untuk penanganan lainnya melalui aksi pungut sampah SKM yang digelar rutin paling tidak sebulan sekali sekaligus mengedukasi warga pula yang harus terus dilakukan. Selain membersihkan sampah, dirinya meyakini kegiatan ini juga turut menghidupkan perekonomian masyarakat.
Sebab tak kurang dari 50 kapal yang dilibatkan dalam sekali kegiatan pemungutan sampah, menggunakan kapal nelayan yang pada hari H disewa sekaligus mengganti aktivitas nelayannya yang istirahat.
Sementara itu Aktifis Lingkungan Misman sebagai inisiator Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS SKM) dan yang baru saja menerima penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengaku gembira mendapat dukungan dari pemerintah secara nyata. Sebab melihat pemandangan SKM saat ini, memang tak pernah habis genangan yang mengangkut sampah. “Terutama paling banyak limbah rumah tangga, harusnya sebelum ke SKM ada IPAL-nya,” ungkap Misman.
Selain itu, dirinya juga turut menyarankan agar ke depannya kegiatan di SKM lebih difokuskan untuk di segmen hilir, agar diarahkan menjadi wisata air. Sedangkan untuk hulunya saat ini sudah ia bangun sejak belasan tahun menjadi konservasi. “Banyak sudah saya tanami pohon endemik,” beber Misman aktivis lingkungan berlatar belakang wartawan ini.(*)