Sumber: Instagram (@pandawaragroup)

Perilaku prososial, atau perilaku sukarela yang dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi orang lain, adalah perilaku sosial yang ‘memberi kontribusi bagi orang lain atau masyarakat secara keseluruhan’, (seperti menolong, berbagi, menyumbang, bekerja sama, dan menjadi sukarelawan). Mematuhi peraturan dan menyesuaikan diri dengan perilaku yang diterima secara sosial (seperti berhenti di lampu merah atau secara taat mengantri di tempat perbelanjaan) juga dianggap sebagai perilaku prososial. Dengan kata lain, perilaku prososial—dan sifatnya yang secara harfiah merujuk pada kehidupan komunal—adalah hal penting bagi kesejahteraan kelompok sosial di berbagai skala, termasuk sebuah negara. Seperti yang dikatakan oleh Lay dan Hoppmann (2015), perilaku prososial berfungsi sebagai “perekat sosial” yang mengikat individu dari berbagai generasi dan mendorong kehidupan bersama dalam wujud komitmen tanpa pamrih yang akan berputar sebagai timbal balik dalam masyarakat.

Dapat dikatakan sebagai bagian dari sifat altruistik, perilaku prososial itu sendiri didasari oleh empati. Sebuah kekuatan sosial dalam menjalankan norma kebaikan dalam hal-hal kecil yang sering terlewat, seperti menahan pintu terbuka untuk orang lain dan mengantongi sampah hingga menemukan tempat sampahnya. Meski terdapat banyak perdebatan secara filosofis terkait hubungan sifat prososial dengan kemudian yang dikatakan sebagai bagian altruisme—keinginan murni tanpa pamrih untuk membantu orang lain yang melampaui keuntungan pribadi—dan bahkan cukup sinis dalam memandang sebuah perilaku yang dikatakan selalu berujung pada kepentingan perasaan individual, tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku prososial berakar dari sifat intrinsik yang hanya menginginkan manfaat bagi orang lain secara sosial.

Perilaku prososial sebenarnya sangat umum dijumpai. Namun, sesuai dengan perdebatan sifat altruistik dari perilaku prososial, membedakan mana tindakan prososial yang benar-benar tulus dan mana yang sekadar dilakukan demi popularitas atau pengakuan sering kali tidaklah mudah. Banyak orang terlibat dalam kegiatan yang tampaknya prososial, tetapi di baliknya tersimpan keinginan untuk memperoleh apresiasi atau sebatas membangun citra di lingkungan sosial. Di tengah arus dilema inilah terdapat fenomena yang sangat mudah dikenali dalam kehidupan sehari-hari yang patut dikulik, yaitu kegiatan volunteering atau kesukarelawanan.

Fenomena yang menunjukkan bahwa motivasi di balik tindakan prososial dapat beragam, tidak selalu murni demi kepentingan orang lain, tetapi kadang juga dapat berorientasi pada keuntungan pribadi, dan yang membuat perilaku prososial kemudian dapat dipisahkan dalam konsepnya sebagai bagian dari tindakan altruistik. Kegiatan volunteering pada dasarnya didefinisikan oleh Wilson (2000), sebagai aktivitas yang mana waktu diberikan secara sukarela atau berkomitmen dalam waktu dan usaha untuk memberi manfaat bagi orang lain, kelompok atau organisasi. Dengan demikian, kegiatan volunteer atau kesukarelawanan adalah bentuk kegiatan prososial yang kemudian relevan untuk terhubung secara sosial dengan memberikan kontribusi aktif terhadap fungsi masyarakat.

Fungsi yang mana memiliki manfaat untuk kehidupan sosial bermasyarakat dalam pelaksanaan tujuan pendidikan, budaya, sosial, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain. Di Indonesia sendiri—mengingat berjalannya fungsi yang mana berkaitan dalam kehidupan sosial—perilaku prososial seperti kegiatan volunteering tentu banyak didapati di masyarakat luas terkait berbagai masalah. Salah satunya terkait permasalahan kesadaran terhadap lingkungan. Permasalahan yang jika kita telusuri adalah bagian dari rendahnya fungsi masyarakat yang berjalan baik secara sosial maupun secara individual.

Dari permasalahan ini, Pandawara Group—komunitas volunteer lingkungan—menggambarkan perilaku prososial dengan sangat baik di atas fenomena kerelawanan. Kepedulian mereka terhadap masalah lingkungan, khususnya sampah, adalah contoh dari perilaku prososial yang berdasar dari kepentingan umum. Mengingat bahwa dilansir dari BSKDN, terhimpun data yang menunjukkan kurangnya kepedulian akan kebersihan pada mayoritas masyarakat Indonesia yang tentunya berdampak di lingkungan sekitar. Selain itu dengan tujuan mereka terkait Indonesia menuju zero waste di negara yang berada di peringkat tiga besar penyumbang sampah global menurut databoks (2023), memungkinkan kita untuk menganggap tindakan mereka sebagai hal yang sia-sia. Namun, jika melihat dari sudut pandang sifat altruisme dari tindakan prososial ini, pekerjaan yang dilakukan mereka tidak didorong oleh kebutuhan akan hasil yang langsung terlihat, tetapi oleh keinginan untuk menginspirasi orang lain dan meletakkan dasar untuk terjalinnya kesadaran bersama dalam menuju Indonesia zero waste.

Tujuan tindakan berdasarkan altruistik ini—bekerja untuk kebaikan bersama tanpa imbalan langsung—adalah hal yang langka dan sangat penting, untuk mengubah perasaan dan kesadaran individu menjadi sebuah gerakan yang mampu menciptakan perubahan yang berkesinambungan. Sebagai bentuk dari perilaku prososial yang nyata dan berlandaskan semangat altruistik, Pandawara Group menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga dan memperbaiki lingkungan. Pandawara Group berfokus pada isu terkait pencemaran sampah dengan secara aktif membersihkan wilayah-wilayah seperti sungai dan pesisir pantai yang tercemar. Tidak hanya itu mereka juga mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan.

Aktivitas Pandawara Group dapat dikategorikan sebagai bentuk bela negara. Bela negara sendiri tidak hanya sebatas pada pertahan fisik melainkan juga mencakup upaya melindungi dan melestarikan lingkungan yang sehat adalah bagian dari bela negara untuk menyejahterakan bangsa. Dalam konteks ini, Pandawara Group menjalankan peran yang penting dalam memperkuat ketahanan nasional dengan memperbaiki ekosistem, mencegah bencana lingkungan, mengedukasi masyarakat secara luas, dan menjaga sumber daya alam yang esensial bagi keberlanjutan hidup masyarakat Indonesia. Pandawara Group dalam kontribusinya untuk bersih-bersih lingkungan merupakan contoh konkrit dari perilaku prososial yang tidak hanya berdampak pada lingkungan secara fisik namun juga mampu membangun kesadaran kolektif.

Tindakan mereka dengan melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan yang disebarluaskan dan viral di berbagai platform media sosial menginspirasi lebih banyak individu dan komunitas untuk terlibat dalam aktivitas positif. Melalui aksi nyata, Pandawara Group telah menanamkan nilai-nilai cinta tanah air, peduli sesama dan lingkungan, dan bertanggung jawab terhadap kelestarian alam sebagai bagian dari pengabdian terhadap bangsa dan negara.

Referensi

Kemendagri. (2018). Riset: kesadaran masyarakat indonesia akan kebersihan masih rendah. Dikutip pada 05 November 2024 dari https://bskdn.kemendagri.go.id/website/riset-kesadaran-masyarakat-indonesia-akan-kebersihan-masih-rendah/

Lay, C., Jennifer. Hoppmann, A., Christiane. (2015). Altruism and prosocial behavior. Encyclopedia of geropsychology. 69 (1). DOI 10.1007/978-981-287-080-3

Wilson, J. (2000). Volunteering. Annual review of sociology, 26(1), 215–240. https://www.jstor.org/stable/223443.

Biodata Penulis:

Nama: Erin Trislinanda (2202056007), Vivid Huda Taghulihi (2202056052)

Program Studi: Ilmu Komunikasi

Universitas: Mulawarman, Kota Samarinda

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *